Para peneliti dari University of California, San Diego menemukan orang-orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung lebih rendah risiko terjadi lonjakan tekanan darahnya.
Peneliti meminta lebih dari 200 relawan untuk memikirkan saat temannya menyinggung perasaan. Setengah dari kelompok ini diperintahkan untuk berpikir mengapa hal tersebut bisa membuatnya marah, sedangkan yang lainnya didorong untuk memaafkan kesalahan tersebut.
Partisipan yang terlibat dalam studi ini dilengkapi oleh kabel yang terhubung ke monitor, peralatan yang digunakan ini untuk mengukur tekanan darah serta membaca detak jantung.
Tim yang dipimpin oleh Dr Britta Larsen menemukan kelompok peserta yang marah mengalami peningkatan dalam nilai tekanan darahnya dibanding kelompok pemaaf. Efeknya akan terlihat seseorang menjadi lebih tenang dan tidak ada perbedaan denyut jantung.
Hasil studi yang diterbitkan dalam Journal of Biobehavioural Medicines menunjukkan pemaaf atau pengampunan bisa memicu reaktivitas rendah dari stres dan memberikan perlindungan yang berkelanjutan terhadap dampak fisik.
Kenaikan rekanan darah dalam jangka waktu pendek memang tidak terlalu berbahaya. Namun jika seseorang mengalami tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama maka bisa meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (31/7/2012).
Untuk itu memaafkan kesalahan orang lain secara tidak langsung bisa melindungi dan meningkatkan kondisi kesehatan seseorang, ini karena ia akan terhindari dari kondisi kenaikan tekanan darah dan detak jantung berlebihan yang bisa menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit.
0 komentar:
Posting Komentar